Sabtu, 10 Oktober 2015

Perpisahan Kelas 9 di Pulau Tidung

Hai bloggersz,
Kali ini saya akan mencoba membuat review sekaligus pengalaman saya pergi ke Pulau Tidung. Ya, jarang-jarang saya berpergian jauh apalagi tanpa keluarga. Saya ke Pulau Tidung karena dalam rangka acara perpisahan kelas 9 bulan Mei lalu. Maklum, saya baru ada ide untuk menulisnya akhir-akhir ini. Seharusnya dari bulan Mei saya sudah menulisnya. Kami berada di Pulau Tidung selama 3 hari 2 malam. Berbagai macam aktivitas saya dan teman-teman lakukan di sana. Namun, perjalanan kami tidak semulus yang saya kira. Untuk mencapai Pulau Tidung perlu waktu hampir 3 jam agar sampai di sana dengan kapal. Nah, tanpa basa-basi. Yuk ke TKP !!!
perjalanan ke kapal tujuan Pulau Tidung
Perjalanan ke Kapal

Pertama, saya akan bercerita dari sisi pengalaman saya. Awalnya saya mempunyai imajinasi perpisahan di luar kota ini bakal menjadi perpisahan yang sangat baik, teman-teman bakal ada dalam suatu kegiatan bersama. Setelah sampai di Pulau Tidung sekitar jam 2 siang, saya dan teman-teman 1 homestay (Ada Jordi, Calvin, Surya, Richie, Visa, dan Brian) pergi mencari tempat untuk menetap disana. Kami sampai 3 kali pindah tempat lantaran kami menetapi rumah yang bukan seharusnya kami tinggal (Padahal, dari guidenya sendiri menyuruh kami tinggal di sana). Di rumah yang terakhir kami tuju, merupakan rumah yang sangat “indah”. ACnya menyala dengan buruk karena tidak ada hawa dingin sama sekali (Belakangan di malam kedua kami menetap, ternyata mode Acnya yang masih fan mode bukan cool mode), tempat tidur yang sangat “minimalis” (7 orang sempit-sempitan tidur seperti sate yang ingin dipanggang hahaha, ada bayangan bukan ?). Namun, kami hanya bisa menerimanya dengan pasrah (lagi pula bukan salah rumahnya ini). Setelah beres-beres rumah yang akan kita tinggal, kami pun diajak untuk makan siang setelah perjalanan panjang dari Tangerang – Muara Angke – Pulau Tidung. Kami punya jadwal makan tetap di sana (Jam 6 pagi, jam 12 siang, dan jam 6 malam). Terlepas dari jadwal makan, kami pun bebas melakukan aktivitas yang kami mau.
Jembatan Cinta di Pulau Tidung
Perjalanan ke Jembatan Cinta

Di hari pertama setelah sampai, sepeda-sepeda yang ada di dekat homestay kami boleh dipergunakan sampai pada malam hari itu saja.  Kejadian “beruntung” kami berlanjut di saat saya diajak Surya pergi bersepeda untuk pergi ke tempat dekat Jembatan Cinta (sekaligus ada pantainya). Awalnya kami sudah sampai di sana, namun kami balik lagi lantaran tidak membawa uang untuk membayar uang parkir sepeda (Ya, waktu itu tidak ada persiapan, dikira gratis). Saat perjalanan pulang, kami bertemu dengan guru pendamping yang menyatakan kita akan pergi ke sana kembali. Saya menjadi keki sendiri, karena seharusnya saya menunggu di sana.Perjalanan dari homestay ke Jembatan Cinta itu cukup jauh dan memerlukan waktu 30 menitan (Bayangkan saya dan teman-teman yang mengikuti saya, bersepeda selama 1,5 jam hanya untuk tanpa tujuan hahahaha). Setelah sampai dan memarkirkan sepeda, saya berjalan-jalan bersama Richie. Saya dan Richie berbincang-bincang banyak mengenai masalah sekolah. Saya juga mengajaknya untuk berjalan di jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil (Jembatan Cinta). Setidaknya kami berbincang-bincang sambil berjalan sampai jam 4 sore dan kami pun pulang ke homestay kami.

Malamnya saya berkeliling dan diajak main bersama teman saya. Saya juga ada berbincang-bincang dengan teman saya. Saat itu saya langsung sadar, perpisahan ini sedikit kurang enak karena tidak adanya kebersamaan bersama yang lainnya. Teman-teman saya membentuk kelompok-kelompoknya sendiri dan asik sendiri bersama kelompoknya. Tentu bukan bermaksud apa, hanya saja saya menganggap ini sebagai tujuan liburan untuk relaks pikiran saja dan “pemisahan” teman-teman (kembali ke alasan pertama, nilai-nilai bersama itu tidak ada).  Setelah itu, saya balik lagi ke homestay saya dan saya diajak main lagi bersama teman satu homestay saya. Kali ini saya bermain Capsa bersama teman-teman saya. Saya cukup terhibur mengingat Calvin dan Richie yang baru pertama kali belajar main, langsung menang terus-terusan dibandingkan Brian dan saya yang setidaknya sudah mengerti permainan ini (Wah, Penulis gitu-gitu tahu permainan ini ya!). Kami bermain Capsa ini sampai bosan dan akhirnya kami tidak bermain itu lagi. Setelah itu, saya ngobrol bersama-sama mereka semua. Untungnya, di dalam rumah itu terdapat televisi, sehingga kami juga bisa nonton acara yang kami tunggu.
Snorkling di Pulau Tidung
Snorkling di Pulau Tidung

Hari berikutnya, ada 2 acara wajib yang mesti kami ikuti. Pertama ada snorkling dan ada banana boat maupun wahana lainnya yang ada di Jembatan Cinta. Kami ke tempat snorkling menggunakan kapal kembali. Tetapi saya pribadi tidak ikut snorkling dan hanya ikut melihat saja di sana. Kata teman-teman saya, snorkling di Pulau Tidung sangat bagus dan tidak membuat kita kecewa untuk snorkling di sana. Untuk banana boat dan wahana lainnya, saya kira umum untuk kita mainkan. Sore harinya, saya ada ngobrol bersama Yohannes Marcello. Yap, saya ada ngobrol cukup lama dengannya. Saya tidak mengira akan banyak ngobrol dengannya saat itu karena saya tidak pernah ngobrol cukup lama dengannya. Malam harinya saya juga kembali ngobrol bersama Rischi Padang yang mungkin sudah kita kenal di blog ini (Baca : Postingannya). Saya kembali berteman baik dengannya. Dia bercerita banyak sekali konflik yang terjadi di kelas 9 sekarang ini. Dia hanya mencoba menjelajahi kepribadian-kepribadian yang ada di sekitarnya selama 3 tahun terakhir saat SMP. Dia juga bercerita terlalu banyak perpecahan di antara teman-teman sehingga yah begitulah keadaannya. Di malam terakhir ini, kami ada membuat ikan bakar dan karaokean bersama guru-guru. Hampir semua guru saya pintar sekali bernyanyi. Ada yang gaya Rock, slow, dan lain-lain.

Di hari terakhir, saya dan Vica disuruh untuk memakai seragam putih biru SMP sebagai simbolis bahwa kami semua telah dilepas ke jenjang selanjutnya. Setiap kelas ada foto kelas sendiri baik 9.1 dan 9.2. Kami akhirnya naik kapal dan kembali ke Jakarta dan pulang ke Tangerang.

Nah, untuk bagian review, saya kira Pulau Tidung sangat bagus untuk kita kunjungi. Ada beberapa saran mengenai kunjungan ke Pulau Tidung. Pakailah provider kartu telepon yang mendapat jaringan di Pulau Tidung, karena ada beberapa provider kartu telepon tidak mendapat jaringan sama sekali disana (SOS). Tidak ada ruginya kok bagi yang menyukai wisata bahari dan ingin melakukannya di sekitar Kepulauan Seribu.

Dalam perpisahan kali ini, saya banyak belajar banyak bersama teman-teman saya terutama ketika mengobrol bersama Yohannes dan Rischi serta guru pendamping saya. Beberapa di antaranya adalah :

Nikmatilah apa yang ada, jangan terlalu stress

Nikmatilah hidup, jangan terlalu stress terhadap masalah
Enjoy Your Life

                Jujur saja, ketika sampai di sana dan mengetahui tidak adanya jadwal tetap. Saya sangat stress karena saya khawatir akan melewatkan beberapa acara. Namun  guru saya mengatakan, “Ada saatnya kita mengikuti arus seperti dalam acara ini. Nikmati aja rasa santai dan damai yang ada di Pulau Tidung ini. Jangan terbawa stress. Tujuan kita selain perpisahan adalah menenangkan pikiran sehabis Ujian Nasional yang berat,”. Ketika guru saya berkata demikian, saya hanya bisa mencoba mengikuti apa saja yang ada di sana. Sehingga saya tidak terlalu terpaku pada apa yang akan terjadi berikutnya. Namun tetap, saya selalu mengecek jam saya agar kita masih tahu diri berapa lama kita melakukan suatu aktivitas.

Lihatlah seseorang dari sudut pandang berbeda

lihatlah seseorang dari sudut pandang berbeda
Cara pandang mempengaruhi kita menilai seseorang

                Mario Teguh pernah berkata, “Kesan yang ditinggalkan orang dari pertemuan pertama, membuat kita berpikir bahwa seterusnya dia itu memang demikian.” Maksudnya, apabila pada awal pertemuan dengan teman baru, teman baru ini kesannya buruk. Maka, kita berpikiran bahwa jangan-jangan dia ini teman nakal, atau pemalas dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, kesan pertama itu penting sekali untuk memulai suatu hubungan dengan orang lain. Terlepas dari itu, bisa juga karena kesalahan kita dalam menilai orang. Hubungan dengan seseorang dapat retak karena 2 hal, satu karena memang orang tersebut telah menjadi orang yang buruk dan dua karena sudut pandang kita mengenai dia yang salah saja. Jadi, kita perlu mencoba berpikir dua kali sebelum menilai orang.

Kalau bernyanyi kita harus all out

dalam melakukan sesuatu harus maksimal
Apa yang terjadi bila saat mengangkat barbel itu dengan usaha yang setengah-setengah ?

                Pelajaran ini saya dapatkan saat guru Matematika kelas 7 dan 8, Pak Linggom, saat karaoke. Lalu, apakah ada makna dibalik ini ? Tentu saja ada. Maksud dari perkataan tersebut bisa saya artikan sebagai apapun pekerjaan yang sedang kita lakukan, kita harus kerjakan dengan maksimal. Kita perlu dengan bekerja keras dan cerdas dalam segala hal. Jadi, tugas apapun yang kita dapat, kitar harus bisa mengerjakannya dengan seluruh kemampuan kita agar hasil tugas tersebut maksimal.

Apapun yang terjadi, ambil saja hikmahnya

apapun yang terjadi, ambil saja hikmahnya
Mungkin kita selalu tidak beruntung, namun pasti ada baiknya

                Ya, kalau kalian melihat cerita saya saat di Pulau Tidung. Kalian mungkin saja tidak kepikiran bisa banyak kejadian kurang beruntung. Mulai dari perjalanan yang ditempuh selama 11 jam (Dari jam 3 pagi sampai jam 2 siang baru sampai, bukan karena macet atau apa, melainkan kapalnya menunggu penumpang sampai 4 jam baru jalan), AC panas, dan sebagainya. Ya, kalau kita berpikir positif saja, mungkin kita tidak akan merasakan bahwa itu kejadian kurang menguntungkan. Contohnya, seperti cerita sepeda tadi. Mungkin saya bisa menganggap itu sebagai sarana olahraga yang sangat baik bagi saya. Bayangkan dengan 1,5 jam bersepeda sudah membakar berapa banyak kalori ? Lalu AC panas, menandakan bahwa kita jarang sekali berjemur dan sering sekali memakai AC. Tentu tubuh kita menjadi rusak bukan kalau kena AC terus-terusan. Maksud saya, yang sudah terbiasa panas tentu biasa saja dengan hawa panas. Jadi, kita positive thinking aja terhadap apa yang terjadi.
                Ya, kurang lebih itulah yang saya pelajari selama perpisahan di Pulau Tidung. Pulau Tidung memang pulau yang indah. Namun, perpisahan ini masih lebih baik daripada tidak ada acara sama sekali.  
Akhir kata,

Semoga reviewnya bermanfaat dan selamat berakhir pekan !
Disqus Comments