Hai bloggersz,
Kali ini saya akan mencoba
membuat review sekaligus pengalaman saya pergi ke Pulau Tidung. Ya, jarang-jarang saya berpergian jauh apalagi tanpa
keluarga. Saya ke Pulau Tidung karena dalam rangka acara perpisahan kelas 9
bulan Mei lalu. Maklum, saya baru ada ide untuk menulisnya akhir-akhir ini.
Seharusnya dari bulan Mei saya sudah menulisnya. Kami berada di Pulau Tidung
selama 3 hari 2 malam. Berbagai macam aktivitas saya dan teman-teman lakukan di
sana. Namun, perjalanan kami tidak semulus yang saya kira. Untuk mencapai Pulau
Tidung perlu waktu hampir 3 jam agar sampai di sana dengan kapal. Nah, tanpa
basa-basi. Yuk ke TKP !!!
Perjalanan ke Kapal |
Pertama, saya akan bercerita dari
sisi pengalaman saya. Awalnya saya mempunyai imajinasi perpisahan di luar kota
ini bakal menjadi perpisahan yang sangat baik, teman-teman bakal ada dalam
suatu kegiatan bersama. Setelah sampai di Pulau Tidung sekitar jam 2 siang,
saya dan teman-teman 1 homestay (Ada Jordi, Calvin, Surya, Richie, Visa, dan
Brian) pergi mencari tempat untuk menetap disana. Kami sampai 3 kali pindah
tempat lantaran kami menetapi rumah yang bukan seharusnya kami tinggal
(Padahal, dari guidenya sendiri
menyuruh kami tinggal di sana). Di rumah yang terakhir kami tuju, merupakan
rumah yang sangat “indah”. ACnya menyala dengan buruk karena tidak ada hawa
dingin sama sekali (Belakangan di malam kedua kami menetap, ternyata mode Acnya
yang masih fan mode bukan cool mode), tempat tidur yang sangat “minimalis”
(7 orang sempit-sempitan tidur seperti sate yang ingin dipanggang hahaha, ada
bayangan bukan ?). Namun, kami hanya bisa menerimanya dengan pasrah (lagi pula
bukan salah rumahnya ini). Setelah beres-beres rumah yang akan kita tinggal,
kami pun diajak untuk makan siang setelah perjalanan panjang dari Tangerang –
Muara Angke – Pulau Tidung. Kami punya jadwal makan tetap di sana (Jam 6 pagi,
jam 12 siang, dan jam 6 malam). Terlepas dari jadwal makan, kami pun bebas
melakukan aktivitas yang kami mau.
Perjalanan ke Jembatan Cinta |
Di hari pertama setelah sampai,
sepeda-sepeda yang ada di dekat homestay
kami boleh dipergunakan sampai pada malam hari itu saja. Kejadian “beruntung” kami berlanjut di saat
saya diajak Surya pergi bersepeda untuk pergi ke tempat dekat Jembatan Cinta
(sekaligus ada pantainya). Awalnya kami sudah sampai di sana, namun kami balik
lagi lantaran tidak membawa uang untuk membayar uang parkir sepeda (Ya, waktu
itu tidak ada persiapan, dikira gratis). Saat perjalanan pulang, kami bertemu
dengan guru pendamping yang menyatakan kita akan pergi ke sana kembali. Saya
menjadi keki sendiri, karena seharusnya saya menunggu di sana.Perjalanan dari homestay ke Jembatan Cinta itu cukup
jauh dan memerlukan waktu 30 menitan (Bayangkan saya dan teman-teman yang
mengikuti saya, bersepeda selama 1,5 jam hanya untuk tanpa tujuan hahahaha). Setelah
sampai dan memarkirkan sepeda, saya berjalan-jalan bersama Richie. Saya dan
Richie berbincang-bincang banyak mengenai masalah sekolah. Saya juga
mengajaknya untuk berjalan di jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar
dan Pulau Tidung Kecil (Jembatan Cinta). Setidaknya kami berbincang-bincang
sambil berjalan sampai jam 4 sore dan kami pun pulang ke homestay kami.
Malamnya saya berkeliling dan
diajak main bersama teman saya. Saya juga ada berbincang-bincang dengan teman
saya. Saat itu saya langsung sadar, perpisahan ini sedikit kurang enak karena
tidak adanya kebersamaan bersama yang lainnya. Teman-teman saya membentuk
kelompok-kelompoknya sendiri dan asik sendiri bersama kelompoknya. Tentu bukan
bermaksud apa, hanya saja saya menganggap ini sebagai tujuan liburan untuk
relaks pikiran saja dan “pemisahan” teman-teman (kembali ke alasan pertama, nilai-nilai
bersama itu tidak ada). Setelah itu,
saya balik lagi ke homestay saya dan
saya diajak main lagi bersama teman satu homestay
saya. Kali ini saya bermain Capsa
bersama teman-teman saya. Saya cukup terhibur mengingat Calvin dan Richie yang
baru pertama kali belajar main, langsung menang terus-terusan dibandingkan
Brian dan saya yang setidaknya sudah mengerti permainan ini (Wah, Penulis
gitu-gitu tahu permainan ini ya!). Kami bermain Capsa ini sampai bosan dan akhirnya kami tidak bermain itu lagi.
Setelah itu, saya ngobrol bersama-sama mereka semua. Untungnya, di dalam rumah
itu terdapat televisi, sehingga kami juga bisa nonton acara yang kami tunggu.
Snorkling di Pulau Tidung |
Hari berikutnya, ada 2 acara
wajib yang mesti kami ikuti. Pertama ada snorkling
dan ada banana boat maupun wahana
lainnya yang ada di Jembatan Cinta. Kami ke tempat snorkling menggunakan kapal
kembali. Tetapi saya pribadi tidak ikut snorkling dan hanya ikut melihat saja
di sana. Kata teman-teman saya, snorkling di Pulau Tidung sangat bagus dan
tidak membuat kita kecewa untuk snorkling
di sana. Untuk banana boat dan wahana
lainnya, saya kira umum untuk kita mainkan. Sore harinya, saya ada ngobrol
bersama Yohannes Marcello. Yap, saya ada ngobrol cukup lama dengannya. Saya
tidak mengira akan banyak ngobrol dengannya saat itu karena saya tidak pernah
ngobrol cukup lama dengannya. Malam harinya saya juga kembali ngobrol bersama
Rischi Padang yang mungkin sudah kita kenal di blog ini (Baca : Postingannya).
Saya kembali berteman baik dengannya. Dia bercerita banyak sekali konflik yang
terjadi di kelas 9 sekarang ini. Dia hanya mencoba menjelajahi kepribadian-kepribadian
yang ada di sekitarnya selama 3 tahun terakhir saat SMP. Dia juga bercerita
terlalu banyak perpecahan di antara teman-teman sehingga yah begitulah
keadaannya. Di malam terakhir ini, kami ada membuat ikan bakar dan karaokean
bersama guru-guru. Hampir semua guru saya pintar sekali bernyanyi. Ada yang
gaya Rock, slow, dan lain-lain.
Di hari terakhir, saya dan Vica
disuruh untuk memakai seragam putih biru SMP sebagai simbolis bahwa kami semua
telah dilepas ke jenjang selanjutnya. Setiap kelas ada foto kelas sendiri baik
9.1 dan 9.2. Kami akhirnya naik kapal dan kembali ke Jakarta dan pulang ke
Tangerang.
Nah, untuk bagian review, saya
kira Pulau Tidung sangat bagus untuk kita kunjungi. Ada beberapa saran mengenai
kunjungan ke Pulau Tidung. Pakailah provider kartu telepon yang mendapat
jaringan di Pulau Tidung, karena ada beberapa provider kartu telepon tidak
mendapat jaringan sama sekali disana (SOS). Tidak ada ruginya kok bagi yang
menyukai wisata bahari dan ingin melakukannya di sekitar Kepulauan Seribu.
Dalam perpisahan kali ini, saya
banyak belajar banyak bersama teman-teman saya terutama ketika mengobrol
bersama Yohannes dan Rischi serta guru pendamping saya. Beberapa di antaranya
adalah :
Nikmatilah apa yang ada, jangan terlalu stress
Enjoy Your Life |
Jujur
saja, ketika sampai di sana dan mengetahui tidak adanya jadwal tetap. Saya
sangat stress karena saya khawatir akan melewatkan beberapa acara. Namun guru saya mengatakan, “Ada saatnya kita
mengikuti arus seperti dalam acara ini. Nikmati aja rasa santai dan damai yang
ada di Pulau Tidung ini. Jangan terbawa stress. Tujuan kita selain perpisahan adalah
menenangkan pikiran sehabis Ujian Nasional yang berat,”. Ketika guru saya
berkata demikian, saya hanya bisa mencoba mengikuti apa saja yang ada di sana.
Sehingga saya tidak terlalu terpaku pada apa yang akan terjadi berikutnya.
Namun tetap, saya selalu mengecek jam saya agar kita masih tahu diri berapa
lama kita melakukan suatu aktivitas.
Lihatlah seseorang dari sudut pandang berbeda
Cara pandang mempengaruhi kita menilai seseorang |
Mario
Teguh pernah berkata, “Kesan yang ditinggalkan orang dari pertemuan pertama,
membuat kita berpikir bahwa seterusnya dia itu memang demikian.” Maksudnya,
apabila pada awal pertemuan dengan teman baru, teman baru ini kesannya buruk.
Maka, kita berpikiran bahwa jangan-jangan dia ini teman nakal, atau pemalas dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu, kesan pertama itu penting sekali untuk memulai
suatu hubungan dengan orang lain. Terlepas dari itu, bisa juga karena kesalahan
kita dalam menilai orang. Hubungan dengan seseorang dapat retak karena 2 hal,
satu karena memang orang tersebut telah menjadi orang yang buruk dan dua karena
sudut pandang kita mengenai dia yang salah saja. Jadi, kita perlu mencoba
berpikir dua kali sebelum menilai orang.
Kalau bernyanyi kita harus all out
Apa yang terjadi bila saat mengangkat barbel itu dengan usaha yang setengah-setengah ? |
Pelajaran
ini saya dapatkan saat guru Matematika kelas 7 dan 8, Pak Linggom, saat
karaoke. Lalu, apakah ada makna dibalik ini ? Tentu saja ada. Maksud dari
perkataan tersebut bisa saya artikan sebagai apapun pekerjaan yang sedang
kita lakukan, kita harus kerjakan dengan maksimal. Kita perlu dengan bekerja keras dan cerdas dalam segala hal. Jadi,
tugas apapun yang kita dapat, kitar harus bisa mengerjakannya dengan seluruh
kemampuan kita agar hasil tugas tersebut maksimal.
Apapun yang terjadi, ambil saja hikmahnya
Mungkin kita selalu tidak beruntung, namun pasti ada baiknya |
Ya,
kalau kalian melihat cerita saya saat di Pulau Tidung. Kalian mungkin saja
tidak kepikiran bisa banyak kejadian kurang beruntung. Mulai dari perjalanan
yang ditempuh selama 11 jam (Dari jam 3 pagi sampai jam 2 siang baru sampai,
bukan karena macet atau apa, melainkan kapalnya menunggu penumpang sampai 4 jam
baru jalan), AC panas, dan sebagainya. Ya, kalau kita berpikir positif saja,
mungkin kita tidak akan merasakan bahwa itu kejadian kurang menguntungkan.
Contohnya, seperti cerita sepeda tadi. Mungkin saya bisa menganggap itu sebagai
sarana olahraga yang sangat baik bagi saya. Bayangkan dengan 1,5 jam bersepeda
sudah membakar berapa banyak kalori ? Lalu AC panas, menandakan bahwa kita
jarang sekali berjemur dan sering sekali memakai AC. Tentu tubuh kita menjadi
rusak bukan kalau kena AC terus-terusan. Maksud saya, yang sudah terbiasa panas
tentu biasa saja dengan hawa panas. Jadi, kita positive thinking aja terhadap apa yang terjadi.
Ya,
kurang lebih itulah yang saya pelajari selama perpisahan di Pulau Tidung. Pulau
Tidung memang pulau yang indah. Namun, perpisahan ini masih lebih baik daripada
tidak ada acara sama sekali.
Akhir kata,
Semoga reviewnya bermanfaat dan selamat berakhir pekan !